
Tanggal 30 Apr 2025

Jam: 00:49:34

Total pengunjung: 816
Dalam beberapa hari ini, tahun 2015 telah berganti menjadi 2015. Ini tahun baru Masehi, tentu saja,
karena tahun baru Hijriyah telah terjadi
beberapa bulan yang lalu. Bagi kita orang
Islam, ada apa dengan tahun baru Masehi?

Sejarah Tahun Baru Masehi
Tahun Baru pertama kali dirayakan pada
tanggal 1 Januari 45 SM. Tidak lama setelah
Julius Caesar dinobatkan sebagai kaisar Roma,
ia memutuskan untuk mengganti penanggalan
tradisional Romawi yang telah diciptakan sejak
abad ketujuh SM. Dalam mendesain kalender baru ini, Julius Caesar dibantu oleh Sosigenes,
seorang ahli astronomi dari Iskandariyah, yang
menyarankan agar penanggalan baru itu dibuat
dengan mengikuti revolusi matahari,
sebagaimana yang dilakukan orang-orang Mesir.
Satu tahun dalam penanggalan baru itu
dihitung sebanyak 365 seperempat hari dan
Caesar menambahkan 67 hari pada tahun 45
SM sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1
Januari. Caesar juga memerintahkan agar
setiap empat tahun, satu hari ditambahkan kepada bulan Februari, yang secara teoritis
bisa menghindari penyimpangan dalam kalender
baru ini. Tidak lama sebelum Caesar terbunuh
di tahun 44 SM, dia mengubah nama bulan
Quintilis dengan namanya, yaitu Julius atau
Juli. Kemudian, nama bulan Sextilis diganti dengan nama pengganti Julius Caesar, Kaisar
Augustus, menjadi bulan Agustus.
Perayaan Tahun Baru
Saat ini, tahun baru 1 Januari telah dijadikan
sebagai salah satu hari suci umat Kristen.
Namun kenyataannya, tahun baru sudah lama
menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya
sebagai hari libur umum nasional untuk semua
warga Dunia.
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh
orang Yahudi yang dihitung sejak bulan baru
pada akhir September. Selanjutnya menurut
kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada
tanggal 1 Januari. Paus Gregorius XIII
mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia
merayakannya pada tanggal tersebut.
Perayaan Tahun Baru Zaman Dulu
Seperti kita ketahu, tradisi perayaan tahun
baru di beberapa negara terkait dengan ritual
keagamaan atau kepercayaan mereka—yang
tentu saja sangat bertentangan dengan Islam.
Contohnya di Brazil. Pada tengah malam setiap
tanggal 1 Januari, orang-orang Brazil berbondong-bondong menuju pantai dengan
pakaian putih bersih. Mereka menaburkan bunga
di laut, mengubur mangga, pepaya dan
semangka di pasir pantai sebagai tanda
penghormatan terhadap sang dewa Lemanja—
Dewa laut yang terkenal dalam legenda negara Brazil.
Seperti halnya di Brazil, orang Romawi kuno
pun saling memberikan hadiah potongan dahan
pohon suci untuk merayakan pergantian tahun.
Belakangan, mereka saling memberikan kacang
atau koin lapis emas dengan gambar Janus,
dewa pintu dan semua permulaan. Menurut sejarah, bulan Januari diambil dari nama dewa
bermuka dua ini (satu muka menghadap ke
depan dan yang satu lagi menghadap ke
belakang).
Sedangkan menurut kepercayaan orang Jerman,
jika mereka makan sisa hidangan pesta perayaan
New Year’s Eve di tanggal 1 Januari, mereka
percaya tidak akan kekurangan pangan selama
setahun penuh. Bagi orang kristen yang
mayoritas menghuni belahan benua Eropa, tahun baru masehi dikaitkan dengan kelahiran
Yesus Kristus atau Isa al-Masih, sehingga
agama Kristen sering disebut agama Masehi.
Masa sebelum Yesus lahir pun disebut tahun
Sebelum Masehi (SM) dan sesudah Yesus lahir
disebut tahun Masehi.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika
mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman
atau nonton televisi: Parade Bunga
Tournament of Roses sebelum lomba futbol
Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia;
atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana. Di
Amerika Serikat, kebanyakan perayaan
dilakukan malam sebelum tahun baru, pada
tanggal 31 Desember, di mana orang-orang
pergi ke pesta atau menonton program televisi
dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat
lonceng tengah malam berbunyi, sirene
dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-
orang menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan
menyanyikan Auld Lang Syne.Di negara-negara
lain, termasuk Indonesia? Sama saja!

Bagi kita, orang Islam, merayakan tahun baru
Masehi, tentu saja akan semakin ikut andil
dalam menghapus jejak-jejak sejarah Islam yang
hebat. Sementara beberapa pekan yang lalu,
kita semua sudah melewati tahun baru
Muharram, dengan sepi tanpa gemuruh apapun.
(Berbagai sumber)