The Soda Pop
Home
Mobile
Artikel
Islami
Tentang Admin
Buku Tamu
Site Map
File List
Tanggal 30 Apr 2025
Jam: 00:43:14

Total pengunjung: 475



Rasulullah berkata ”Aku adalah Kota Ilmu,
sedangkan Ali bin Abi Thalib adalah
gerbangnya”.


Kehebatan Gerbangnya ILMU - Ali bin Abi Thalib


Kita sudah banyak mendengar, kehebatan dan
kecerdasan Ali bin Abi Thalib, sampai
Rasulullah memberikan Julukan kepada
Sayyidina Ali sebagai Pintu Ilmu (babul
’ilmi).

Kita bisa melihat sisi kelebihan dari Ali bin
Abi Thalib, pemuda pemberani ini. Ali adalah
lelaki istimewa, masuk dalam assabiquunal
awwaluun (golongan pertama yang masuk
Islam) dengan usia termuda. Soal keberanian,
jangan pernah menyangsikan lelaki satu ini. Perang badar yang diikuti oleh seluruh
manusia pemberani didikan Rasul, terselip
satu lelaki muda yang dengan gagahnya maju
ke depan ketika seorang pemuka dan ahli
perang kaum kafir menantang untuk berduel.
Meski awalnya dilecehkan karena dianggap masih kecil, namun Ali dengan kehebatannya
mampu mengalahkan musuh duelnya itu. Tidak
sampai disitu, yang membuat Rasulullah tak
bisa melupakannya adalah jasa besar dan
keberanian Ali menggantikan Rasul tidur di
pembaringannya saat Rasulullah ditemani Abu Bakar menyelinap ke luar saat hijrah.
Padahal resikonya adalah mati terpenggal
oleh balatentara kafir yang telah
mengepungnya.

Ketinggian ilmu Ali bi Abi Thalib ini sungguh
luar biasa. Salah satu keunggulan Ali bin Abi
Thalib adalah luasnya pengetahuannya
terhadap ayat-ayat Allah. Wajar saja, karena
sejak usia 10 tahun, hatinya telah dipenuhi
oleh keindahan Al Qur`an, keagungan dan rahasia-rahasianya. Disamping itu Ali
menyaksikan turunnya ayat demi ayat secara
langsung. Maka pantaslah jika dia berkata:

“Tanyailah aku, tanyailah aku, tanyailah aku
tentang Kitab Allah sekehendak hatimu.
Demi Allah, aku lebih tahu tentang ayat-
ayat-Nya, baik yang diturunkan di waktu
malam maupun di waktu siang.”

Hasan al Basri pernah berkomentar tentang
pengetahuan Ali bin Abi Thalib soal ayat-
ayat al-Qur`an: “Dia (Ali bin Abi Thalib)
telah mencurahkan tekad dan ilmu serta
amalnya kepada al-Qur`an. Baginya al-
Qur`an ibarat kebun-kebun yang indah dan tanda-tanda yang jelas.”

Ketinggian ilmu Ali bi Abi Thalib ini sungguh
luar biasa. Salah satu keunggulan Ali bin Abi
Thalib adalah luasnya pengetahuannya
terhadap ayat-ayat Allah. Wajar saja, karena
sejak usia 10 tahun, hatinya telah dipenuhi
oleh keindahan Al Qur`an, keagungan dan rahasia-rahasianya. Disamping itu Ali
menyaksikan turunnya ayat demi ayat secara
langsung. Maka pantaslah jika dia berkata:

“Tanyailah aku, tanyailah aku, tanyailah aku
tentang Kitab Allah sekehendak hatimu.
Demi Allah, aku lebih tahu tentang ayat-
ayat-Nya, baik yang diturunkan di waktu
malam maupun di waktu siang.”

Pernyataan Rasulullah ini menimbulkan
perasaan iri kaum Khawarij terhadap
Sayyidina Ali, Dikisahkan mereka menguji
Sayyidina Ali.

Sayyidina Ali akan diajukan pertanyaan yang
sama oleh 10 orang dari mereka. Tapi Ali
harus menjawab dengan 10 jawaban yang
berbeda.

Mereka bertanya : ”Wahai Ali, Istimewa
manakah antara Ilmu dan Harta?

Dan Ali menjawab kepada :

Orang pertama : Ilmu lebih istimewa
daripada Harta, Sebab Ilmu adalah warisan
para nabi, Sedangkan harta adalah warisan
Qorun, Haman dan Fir’aun.

Orang kedua : Ilmu lebih istimewa daripada
Harta, Sebab Ilmu selalu menjagamu,
Sedangkan engkau harus menjaga harta
milikmu.

Orang ketiga : Ilmu lebih istimewa daripada
Harta, Sebab orang berilmu banyak teman,
Sedangkan orang berharta banyak musuhnya.

Orang keempat : Ilmu lebih istimewa
daripada Harta, Sebab ilmu bila di infaqkan
semakin bertambah, Sedangkan harta bila
diinfaqkan semakin berkurang.

Orang kelima : Ilmu lebih istimewa daripada
Harta, Sebab orang berilmu dipanggil dengan
sebutan mulia, Sedangkan orang berharta
dipanggil dengan sebutan hina.

Orang keenam : Ilmu lebih istimewa daripada
Harta, Sebab Ilmu tidak perlu dijaga,
Sedangkan harta minta dijaga.

Orang ketujuh : Ilmu lebih istimewa daripada
Harta, Sebab orang berilmu dihari akhirat
dapat memberi syafaat, Sedangkan orang
berharta dihari kiamat dihisab dengan berat.

Orang kedelapan: Ilmu lebih istimewa
daripada Harta, Sebab Ilmu bila dibiarkan
saja tidak akan pernah rusak, Sedangkan
harta bila dibiarkan pasti berkurang (bahkan
habis dimakan)

Orang kesembilan: Ilmu lebih istimewa
daripada Harta, Sebab Ilmu memberikan
penerang didalam hati, Sedangkan harta
dapat membuat kerusakan didalam hati
(seperti timbulnya sifat takabur,
pamer,ingkar).

Orang kesepuluh: Ilmu lebih istimewa
daripada Harta, Sebab orang berilmu
bersikap lemah lembut dan selalu berbakti
kepada Allah, Sedangkan orang berharta,
seringkali takabur dan ingkar kepada Allah.

Atas jawaban tersebut Kaum Khawarij
mengakui kealiman Sayyidina Ali dan
mengakui kebenaran Sabda rasulullah.

Dan merekapun tunduk patuh pada Sayyidina
Ali.

Hasan al Basri pernah berkomentar tentang
pengetahuan Ali bin Abi Thalib soal ayat-
ayat al-Qur`an: “Dia (Ali bin Abi Thalib)
telah mencurahkan tekad dan ilmu serta
amalnya kepada al-Qur`an. Baginya al-
Qur`an ibarat kebun-kebun yang indah dan tanda-tanda yang jelas.”

Sesuatu yang menonjol dari sosok Ali bin Abi
Thalib ini adalah bahwa dia seorang pendekar
sejati. Kejantanan seorang laki-laki dan
kesucian hati seorang muslim telah
membentuk cara bertarung dan akhlaqnya
dalam pertempuran. Kita bisa lihat hal itu saat Perang Khaibar….

Saat itu Benteng Khaibar, benteng Yahudi
Khaibar, sulit ditembus, bahkan oleh pasukan
yang dipimpin oleh Abu Bakar dan Umar bin
Khaththab. Saat itulah dibutuhkan seorang
yang Rasulullah dengan penuh optimis
berkata tentangnya: “Besok, akan kuberikan bendera ini kepada seorang yang mencintai
Allah dan Rasul-Nya dan dicintai Allah dan
Rasul-Nya serta melalui kedua tangannya
Allah memberikan kemenangan.”

Pagi harinya, setelah semua pasukan bersiap,
Rasulullah dengan lantang berteriak:
“Dimana Ali bin Abi Thalib?”

Maka bersegeralah Ali memenuhi seruan
Rasul Allah itu, walau matanya sedang
sakit, “Inilah aku, ya Rasulullah,” jawab Ali.

Rasulullah saw memberi isyarat dengan
tangan kanannya agar Ali tampil ke depan.
Maka tampillah pahlawan itu. Melihat
kepedihan di mata Ali, Rasulullah saw
membasahi jari-jarinya yang bercahaya
dengan air ludahnya yang suci dan mengusap mata pahlawan itu. Kemudian Rasul saw
menyuruh mengambil bendera. Dipegangnya
bendera itu, diangkatnya ke atas serta
dikibar-kibarkannya tiga kali. Setelah itu
diletakkannya bendera tadi di tangan kanan
Ali seraya berkata, “Ambillah bendera ini, lalu pergilah dengannya, sampai Allah
memberikan kemenangan padamu.”

Maka, segeralah Ali membawa bendera dan
pasukannya maju. Di depan pintu benteng ia
berseru, “Aku, Ali bin Abi Thalib.” Sesaat
kemudian Ali menerima pukulan kuat yang
untungnya tidak mencederainya, namun
berhasil melemparkan perisai dari tangannya.

Melihat dirinya harus menghadapi penjaga
benteng yang bersenjata, berserulah Ali,
“Demi Tuhan yang nyawaku ada di tangan-
Nya, biarlah aku mati seperti Hamzah atau
Allah memberikan kemenangan kepadaku.”

Mendapati dirinya tanpa perisai, Ali menuju
salah satu pintu benteng, menjebol pintu
benteng, seraya berteriak: “Allahu Akbar”.
Maka, lepaslah pintu benteng itu dan jadilah
pintu benteng itu sebagai perisainya.
Kemudian pasukan Islam pimpinan Ali menyerbu, dan dalam waktu singkat pasukan
Islam menang.

Maka berulang-ulanglah pasukan Islam
meneriakkan “Allahu Akbar, robohlah Khaibar.

Sumber: dedsglorious.wordpress.com





Refresh Translate Ke Judul Ke Artikel Lain >