XtGem Forum catalog
Home
Mobile
Artikel
Islami
Tentang Admin
Buku Tamu
Site Map
File List
Tanggal 30 Apr 2025
Jam: 00:40:46

Total pengunjung: 517



Kisah Ainul Hayat

Kisah Ainul Hayat
(gambar ini hanya ilustrasi saja)


Kisah ini diriwayatkan oleh Ats-Tsa’labi
dari Imam Ali ra.
Kisah bermula dari Raja Iskandar
Zulkarnain yang di benua barat disebut
The Great Alexander (Iskandar yang
Agung). Sebutan The Great diberikan kepada Raja Iskandar Zulkarnain karena
beliau adalah seorang Kaisar (maharaja)
yang mampu menaklukkan dunia belahan
barat dan timur. Beliau disegani dan
ditakuti orang di seluruh dunia pada
jamannya. Namun beliau tetap tidak sombong dan selalu beriman dan
bertakwa kepada Allah swt. Pada tahun 322 SM, Iskandar Zulkarnain
berjalan diatas bumi menuju ke tepi bumi.
Tepi bumi ini sebutan orang pada jaman
itu, sebelum Columbus menemukan benua
Amerika pada tahun 1492, pada saat itu
anggapan semua orang bahwa bumi ini tidak bulat.
Iskandar Zulkarnain menuju tepi bumi
tersebut ditemani oleh seorang Malaikat
yang bernama Rafa’il, atas perintah dari
Allah swt. Ditengah perjalanan, mereka berbincang
dan Raja Iskandar Zulkarnain bertanya
kepada Malaikat Rafa’il, “Wahai Malaikat
Rafa’il, ceritakanlah kepadaku tentang
ibadah para malaikat di langit?!” Malaikat Rafa’il menjawab, “Ibadah para
malaikat di langit diantaranya ada yang
berdiri terus-menerus tidak mengangkat
kepalanya, ada yang sujud tidak
mengangkat kepalanya selama-lamanya,
dan ada pula yang rukuk tidak mengangkat kepala selama-lamanya”. Mendengar keterangan itu, Iskandar
Zulkarnain tercengang dan tercenung,
dalam benaknya timbul keinginan bisa
melakukan hal yang sama seperti para
malaikat, niatnya hanya satu agar dapat
beribadat kepada Allah selama-lamanya. Kemudian raja Iskandar berkata, “alangkah
senangnya seandainya aku bisa hidup
bertahun-tahun dalam beribadat kepada
Allah”. Lalu Malaikat Rafa’il berkata,
“Sesungguhnya Allah telah menciptakan
sumber air di bumi, namanya Ainul Hayat
yang artinya Sumber Air Hidup, maka
barangsiapa yang meminumnya seteguk,
maka orang itu tidak akan mati sampai hari kiamat atau sampai dia memohon
sendiri buat kematiannya kepada Allah
swt”. Kemudian Raja bertanya lagi, “Wahai
Malaikat Rafa’il, apakah anda tahu dimana
gerangan keberadaan Ainul Hayat
tersebut?”. Malaikat Rafa’il menjawab, “Bahwa
sesungguhnya Ainul Hayat itu berada di
bagian bumi yang gelap”. Setelah Raja mendengar keterangan
tersebut, segera Raja mengumpulkan para
‘Alim Ulama pada jaman itu untuk
mendiskusikan tentang keberadaan Ainul
Hayat. Sehingga salah seorang dari ‘alim
ulama itu pun menjawab, “Sesungguhnya aku pernah membaca didalam wasiatnya
Nabi Adam as, beliau berkata bahwa
sesungguhnya Allah meletakkan Ainul
Hayat itu di bumi yang gelap”. “Dimanakah tempat bumi gelap itu?”
tanya Raja Iskandar Zulkarnain. ‘Alim Ulama itu pun menjawab, “yaitu
ditempat keluarnya matahari”. Kemudian Raja Iskandar pun bersiap-siap
untuk mendatangi tempat tersebut
dengan menyiapkan 1000 ekor kuda
betina yang masih perawan karena kuda
betina perawan adalah jenis kuda yang
sangat tajam penglihatannya di waktu gelap. Lalu Raja memilih diantara
tentaranya dengan membawa 6.000 orang
tentara terpilih yang cendekiawan dan
ahli mencambuk, yang salah seorang
diantara tentara-tentara tersebut adalah
Nabi Khidir as yang pada saat itu menjabat sebagai perdana menteri. Kemudian berjalanlah mereka dengan Nabi
Khidir as berjalan di depan pasukan-
pasukannya sebagai pimpinan rombongan
besar. Menurut riwayat yang diceritakan oleh
Wahab bin Munabbah, bahwa Nabi Khidir
as adalah anak dari bibi Raja Iskandar
Zulkarnain. Setelah menempuh perjalanan jauh maka
mereka jumpai dalam perjalanan bahwa
tempat keluarnya matahari itu tepat pada
arah kiblat. Kemudian mereka tidak
berhenti-henti menempuh perjalanan
dalam waktu 12 tahun, sehingga sampai di tepi bumi yang gelap itu, ternyata
gelapnya itu memancar seperti asap,
bahkan seperti gelapnya waktu malam. Kemudian seorang tentara yang
cendekiawan mencegah Raja masuk ke
tempat gelap tersebut dan tentara-
tentaranya berkata pula kepada Raja,
“Wahai Raja, sesungguhnya raja-raja yang
terdahulu tidak ada yang masuk tempat yang gelap ini, karena tempat ini adalah
sangat berbahaya sekali”. Raja pun berkata, “Namun, kita harus
memasukinya, tidak boleh tidak!!”.
Kemudian ketika Raja hendak masuk ke
area gelap itu, maka mereka semua
membiarkannya. Siapakah yang berani
membantah perintah maharaja yang disegani di dunia barat dan timur. Kemudian Raja memberikan perintah
penting kepada seluruh tentara
pengikutnya, “Diamlah dan tunggulah
kalian di tempat ini selama 12 tahun, jika
aku bisa kembali datang kepada kalian
dalam masa 12 tahun itu, maka kedatanganku dan kesetiaan kalian
termasuk baik dan mendapat pahala dari
Allah swt dan jika aku tidak bisa kembali
datang sampai 12 tahun kemudian, maka
pulanglah kembali ke negeri kalian!”. Sebelum memasuki tempat yang gelap
tersebut, kemudian raja bertanya kepada
Malaikat Rafa’il, “Apabila kita melewati
tempat yang gelap ini, apakah kita dapat
melihat kawan-kawan kita dibelakang
sana?”. “Tidak bisa kelihatan”, jawab Malaikat
Rafa’il, “akan tetapi aku memberimu
sebuah mutiara, jika mutiara itu ke atas
bumi, maka mutiara tersebut dapat
menjerit dengan suara yang keras, dengan
demikian maka kawan-kawan anda akan mengetahui bahwa anda tersesat di dalam
tempat gelap tersebut”. Kemudian Raja Iskandar Zulkarnain mulai
memasuki area gelap tersebut dengan
memerintahkan Nabi Khidir as untuk
menemaninya bersama beberapa tentara
yang ikut masuk dan yang lainnya lagi
menunggu di tepi luar area gelap tersebut. Pada saat mereka berjalan pada tempat
gelap tersebut, maka Allah memberi
wahyu kepada Nabi Khidir : “Wahai Khidir,
bahwa sesungguhnya Ainul Hayat itu
letaknya berada disebelah kanan jurang
dan Ainul Hayat ini Aku khususkan untuk kamu!”. Setelah Nabi Khidir menerima wahyu
Allah tersebut, maka beliau berkata
kepada pasukannya, “berhentilah kalian di
tempat ini dan janganlah kalian
meninggalkan tempat ini sebelum aku
datang kembali kesini !”. Kemudian beliau berjalan menuju ke
sebelah kanan jurang, maka didapatilah
oleh beliau sebuah Ainul Hayat yang
menjadi misteri itu. Kemudian Nabi Khidir
as turun dari kudanya dan beliau
langsung melepas pakaiannya dan turun ke “Ainul Hayat” (Sumber Air Hidup)
tersebut, dan beliau terus mandi dan
minum sumber air hidup tersebut, maka
dirasakan oleh beliau airnya lebih manis
daripada madu. Setelah beliau mandi dan meminum Ainul
Hayat tersebut kemudian beliau keluar
dan segera menemui Raja Iskandar
Zulkarnain yang pada saat itu Raja tidak
tahu sama sekali apa yang telah terjadi
terhadap Nabi Khidir as. Demikianlah sesungguhnya yang
bermaksud mencari Ainul Hayat adalah
Raja Iskandar Zulkarnain, namun Allah
berkehendak lain, karena yang mendapat
anugerah untuk hidup selamanya adalah
Nabi Khidir as. Dan Raja Iskandar Zulkarnain keliling di
dalam tempat yang gelap tersebut selama
40 hari, tiba-tiba tampak oleh Raja sinar
seperti kilat, maka terlihat oleh Raja bumi
tiba-tiba berwarna merah dan terdengar
suara gemericik dibawah kaki kuda. Tanya Raja kepada Malaikat Rafa’il,
“suara apakah ini yang bergemericik
dibawah kaki kuda?”. Malaikat Rafa’il menjawab, “Gemericik ini
adalah suara benda-benda, apabila
seseorang mengambilnya, niscaya ia akan
menyesal dan apabila tidak mengambilnya,
niscaya ia akan menyesal juga”. Suara gemericik itu membuat orang-orang
termasuk Raja menjadi penasaran, benda-
benda tersebut tidak bisa terlihat karena
gelapnya tempat tersebut. Namun semua
orang ragu-ragu dalam menentukan sikap,
mengambil benda-benda itu atau tidak? Kemudian sebagian pasukan ada yang
mengambil benda-benda itu namun hanya
sedikit dan sebagian yang lain tidak ikut
mengambil benda-benda tersebut. Setelah
mereka keluar dari tempat gelap tersebut,
ternyata benda-benda tersebut adalah permata yaqut yang berwarna merah dan
zamrud yang berwarna hijau. Maka
menyesallah pasukan yang mengambil
benda-benda itu karena mengambilnya
hanya sedikit, apalagi para pasukan yang
tidak mengambilnya, pasti lebih menyesal lagi, kenapa mereka bodoh tidak
mengambil permata yang mahal harganya
itu. Demikianlah kisah Nabi Khidir bisa
berumur panjang. Bukti bahwa Nabi Khidir
bisa berumur panjang adalah dari adanya
kisah-kisah yang menyebutkan bahwa
beliau sudah ada sejak zaman Nabi Musa
as, lalu beliau juga pernah bertemu dengan Rasulullah SAW dan bahkan
pernah berguru ilmu fiqih kepada Imam
Abu Hanifah. Setelah berguru kepada Imam Abu
Hanifah, beliau mengajarkan ilmunya
kepada Abul Qasim Al Qusyairi, sang
jenius yang pernah menulis seribu kitab.


Sumber : http://islamdongeng.blogspot.com
Di tulis oleh : Wahyu Mysterio





Refresh Translate Ke Judul Ke Artikel Lain >